Betawi, kini Jakarta, tentunya memberikan banyak cerita. Sebagian dari cerita itu akan ditemukan di blog sederhana ini. Jauh dari sempurna, pasti. Maka komentar dan pendapat anda sebagai pembaca sangat dinanti. Terima kasih dan selamat membaca.

Rabu, 08 November 2023

Betawi Cultural Collaboration
 

Oleh Beky Mardani

Revisi UU 29/2007, “Konsep ini merupakan langkah membangun ekosistem kebudayaan di masyarakat dengan peran dan fungsi berbeda. Selain itu, Betawi cultural collaboration akan menjalin dan saling mendukung antara pemerintah pusat, daerah, dan Betawi untuk menempatkan ekonomi global dengan basis budaya."

Masyarakat Betawi adalah komunitas yang gandrung akan kebersamaan, kolaborasi. Rekam jejak ini terekam dalam perjalanan sejarah bangsa ini sejak prakemerdekaan.Fase kolaborasi kebangsaan Betawi yang diwakili oleh tokohnya M. Rohnyani Soe’oed pada 1928 melahirkan simbol kebangkitan pemuda Indonesia dengan Sumpah Pemuda dan fase kemerdekaan pada 1945 menjadikan bangsa Indonesia memiliki kedaulatan sebagai negara merdeka.

Fase setelah proklamasi 17 Agustus  1945, ketika terjadi rongrongan terhadap kemerdekaan, kaum betawi tampil ke depan dengan tokohnya Moffreni Moe’min yang hingga saat ini dikenang dengan peristiwa IKADA 19 September 1945. Selanjutnya, pada fase pembangunan semasa Orde Baru—yang membidani lahirnya Badan Musyawarah (Bamus) Betawi pada 1982—dan fase reformasi, masyarakat Betawi juga kontribusinya dalam menjaga keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dengan begitu, sebelum ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat seperti saat ini, semestinya kolaborasi yang selama ini dilakukan masyarakat Betawi sudah memasuki tahap berkelanjutan dalam bentuk kompensasi pemajuan kebudayaan. Sayangnya, itu belum terwujud karena terjadi stagnansi akibat kekosongan hukum yang mengatur tentang kebetawian, suku asli warga Jakarta serta ketidakjelasan peran dan tanggung jawab antara pemerintah dengan masyarakat Betawi dalam pemajuan kebudayaan Betawi.

Keberlanjutan 

Revisi UU 29/2007 menjadi harapan untuk menyambut tahap keberlanjutan sehingga dapat merespons dinamika perkembangan zaman dengan kekhasan budaya yang dimiliki. Masalah ini menjadi isu sentral di komunitas masyarakat yang telah lama mengalami dahaga kemajuan akibat kevakuman perangkat dalam menghadapi tantangan zaman.

Terlepas apa pun bentuknya Jakarta ke depan dalam RUU 29/2007, kota ekonomi global atau lainnya, keberlanjutan masyarakat Betawi atas bangsa dan negara tidak boleh berhenti. Masyarakat Betawi bahkan berkepentingan menopang keberlangsungan jalannya pemerintahan, baik pusat maupun daerah.

Setidaknya ada tiga kepentingan masyarakat Betawi yang patut diakomodasi dalam perumusan RUU 29/2007. Pertama, mencantumkan identitas dan desain kelembagaan Betawi dengan semangat tranparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan organisasinya.

Kedua, mencantumkan kepentingan produktivitas dan keunggulan budaya Betawi dalam menghadapi tantangan global. Ketiga, memastikan peningkatan kualitas sumber daya masyarakat Betawi demi terciptanya kekondusifan iklim daerah, kearifan lokal, dan ekonomi budaya yang menunjang program pemerintah.

Cultural Collaborative 

Tidak lama lagi Jakarta akan menjadi kota yang tidak saja heterogen secara nasional, tetapi kota internasional dengan kekhususan ekonomi global dalam rancangan perubahan UU 29/2007.Masyarakat Betawi yang menghuni Jakarta sejak ratusan tahun lalu pun akan bakal terdampak secara langsung.

Setidaknya terdapat lima kendala yang dihadapi masyarakat Betawi: kurangnya komitmen para pihak pemangku kepentingan atas berkembangnya budaya Betawi; tidak adanya pembagian peran, tugas, dan tanggung jawab; alokasi anggaran tidak memadai; lemahnya koordinasi leading sector pemajuan kebudayaan Betawi; dan ketiadaan mekanisme pengawasan sehingga tak akuntabilitas.

Pendekatan Betawi cultural collaboration dapat menjadi jawaban untuk mengatasi kelima kendala tersebut. Betawi cultural collaboration adalah bentuk kolektivitas antarpihak dengan tujuan memajukan kebudayaan Betawi. Dengan demikian, pendekatan Betawi cultural collaboratif akan membuka peluang menghasilkan solusi kreatif untuk kemajuan budaya karena menekankan stimulus kepada budayawan, seniman, dan pelaku ekonomi kreatif agar turut berperan aktif memajukan kebudayaan secara kolektif dengan pemerintah dan pemangku kepentinyan lainnya dalam membentuk ekosistem budaya Betawi.

Oleh karena itu, keterlibatan semua pihak harus diatur dalam RUU Khusus Jakarta demi terciptanya ekosistem budaya baru yang melahirkan pembangunan manusia Betawi yang lebih berkualitas secara pengetahuan dan teknologi, sistem ekonomi bernapas budaya berkelanjutan, pemerataan pelestarian dan pemajuan budaya, serta memantapkan ketahanan nasional dalam menghadapi ekonomi global.

Konsep ini diyakini berkelindan secara nasional guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 karena Kebudayaan Betawi adalah bagian dari nusantara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Wallahualam. ***


Penulis adalah Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi
Tulisan di akhir September 2023 ini mengenai Revisi UU.20 Tahun 2007 tentang Pemprov DKI Jakarta sebagai Ibukota NKRI terkait perpindahan ibu kota ke IKN Nusantara.
 

Minggu, 04 Agustus 2019

PEKAN SASTRA BETAWI: UPAYA GAIRAHKAN SASTRA BETAWI

Sastra Betawi kurang banyak dikenal masyarakat luas. Padahal, karya sastra ini merentang dalam waktu cukup panjang. Tahu enggak, "Si Doel Anak Betawi" itu salah satu karya masterpiece sastra Betawi yang seakan tak lekang oleh zaman. 

Jejak sastra Betawi bisa kita telusuri misalnya  dari tradisi berpantun masyarakat Betawi. Bisa pula direkam dari syair-syair teater tradisional Topeng Jantuk yang kental dengan warna Melayu. 

Sementara seni tulis paling tua ditemukan dalam karya Muhammad Bakir, seorang penyalin dan pengarang yang menyewakan naskah-naskahnya pada abad ke-18. Karya Bakir ini ditulis dalam tulisan Arab  Melayu.
Sastra Betawi tidak hanya ditulis oleh penulis berdarah Betawi, tetapi juga penulis dari etnik lainnya yang memiliki keterkaitan dengan kota Jakarta. Sebut saja Aman Dt Madjoindo, sastrawan berdarah Minang yang melahirkan karya masterpiece “Si Doel Anak Betawi”.  Karya yang ditulis pada 1936 itu saat ini masih sohor. Ia seakan tak lekang ditelan zaman. 

Sastra Betawi saat ini seperti berjalan di tempat. Jika di era 1960-an hingga 2000-an kita mengenal Firman Muntaco dan SM Ardan, sepuluh tahun terakhir ini penggiat sastra Betawi hanya terdengar samar-samar belaka. Itu pun hanya dalam jumlah hitungan jari saja.

Nah! Untuk menggairahkan dunia sastra Betawi, kegiatan Pekan Sastra Betawi akan digelar di Taman Ismail Marzuki pada 5-8 Agustus 2019. 

Gelaran kali ini, menurut panitia penyelenggara, mengusung tema “Lokalitas Metropolitan”. Tema ini dipilih karena  karya sastra Betawi merupakan karya-karya yang melukiskan ciri khas wilayah kebudayaan Betawi, termasuk komunitas kultural yang mendiaminya serta kota tempat bermukim.

Lokalitas merupakan sebuah wilayah yang masyarakatnya secara mandiri dan arbitrer. Lokalitas juga berkaitan erat dengan persoalan kultural dan etnisitas, sebab lokalitas biasanya mencerminkan semangat pendukung kebudayaan tertentu atau masyarakat yang tinggal di wilayah tertentu. 

Karya sastra Betawi dengan sendirinya juga memberi gambaran  etnik Betawi, baik manusia maupun kotanya.

Dalam pelaksanaannya, Unit Pengelola Taman Ismail Marzuki menggandeng Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) , oleh karena itu Pekan Sastra Betawi menjadi bagian dari “Jakarta International Literary Festival” Komite Sastra DKJ. 

Pekan Sastra Betawi juga melibatkan Lembaga Kebudayaan Betawi, Balai Pelestarian Nillai Jawa Barat, Komunitas Baca Betawi dan Betawi Kita.
Pekan Sastra Betawi yang dilaksanakan selama 4 hari ini menampilkan Seminar Stigma Negatif Orang Betawi dalam Film; Lomba Menulis Cerpen Betawi; Pertunjukan Sastra Lisan; Workshop Cerpen, Pantun, Skenario, dan Feature; Betawi Bersastra, Pembacaan Puisi dan Cerpen; serta Bazar Kuliner Betawi. (ab)

Selasa, 06 November 2018

MAU TAU SOAL KEBETAWIAN? BUKA AJA "BETAWI AKSES"


Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beki Mardani berpose usai
 peluncuran  aplikasi Betawi Akses pada Sabtu (3/11).
"Betawi Akses", aplikasi besutan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan Jatis yang diharapkan menjadi jendela informasi, referensi, dan etalase bisnis kebetawian di era milenial, resmi diluncurkan pada Sabtu (3/11) di Citywalk Sudirman, Jakarta Pusat.   

Peluncuran dilakukan di sebuah seminar yang dihadiri lebih dari 1.000 guru dari Jakarta dan sekitarnya, para penggerak pelestarian dan pengembangan budaya Betawi di bidang pendidikan, 
 

"Kehormatan bagi LKB, peluncuran aplikasi 'Betawi Akses' ini dapat dilakukan bersama para guru, karena hanya lewat pendidikan yang baik di kalangan generasi muda, sebuah budaya dapat terus bertahan dan berkembang. Betawi Akses adalah salah satu cara Betawi merespons era milenial," kata Ketua Umum LKB  Beki Mardani.

Peluncuran ditandai pemukulan gong oleh Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pariwisata dan Budaya, Agus Suradika, sekaligus menandai dibukanya Seminar Pendidikan "Membangun Karakter Bangsa Berbasis Budaya Betawi di Era Milenial" hasil kerja sama Forum Silaturrahmi Pendidik Betawi (FSPB) dan LKB. 
 

Selain Ketua FSPB Samlawi dan Penasehat FSPB Margani H. Mustar, seminar juga dihadiri para pemangku kepentingan bidang pendidikan dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.

Tak ketinggalan, hadir pula tokoh-tokoh Betawi antara lain Eddie Marzuki Nalapraya, Nachrowi Ramli, Effendi Yusuf, Rusdi Saleh, Nuri Thaher, dan sejumah aktivis dan pemerhati budaya Betawi. 
 

Beki menjelaskan, aplikasi "Betawi Akses" sendiri sudah bisa diunduh di gawai berbasis Android. Boleh disebut sebagai aplikasi pertama yang menggabungkan berita dan referensi kebetawian dengan akses bisnis penggunanya. 
 

Kanal-kanalnya antara lain Jendela menampilkan informasi dan referensi Betawi, misalnya soal pakaian, kuliner, tari, musik, permainan, silat, termasuk info dari TV Betawi yang terus dikembangkan kontennya sejalan dengan dinamika masyarakat. 
 

Selain itu juga ada kanal Warung yang bertujuan memberdayakan ekonomi masyarakat, sekaligus memudahkan melakukan transaksi dunia maya. Semisal fitur pembelian pulsa, pembayaran token listrik, pembayaran BPJS, pembayaran TV Kabel, PAM, Telkom, hingga pembelian paket data internet. 
 

Bahkan ada juga kanal Chats yang memungkinkan sesama pengguna "Betawi Akses" melakukan percakapan seperti di platform media sosial lainnya.
 
Dikatakannya, "Betawi Akses" bersama website resmi LKB akan terus dikembangkan sehingga kelak menjadi one-stop-shopping informasi, referensi, dan etalase bisnis yang dapat memuaskan dahaga informasi, sekaligus menggerakkan roda perekonomian orang Betawi khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.(ab)